Ritual Dalam Pernikahan Tradisional

Posted by Kebaya on

Bookmark and Share

Setelah kemarin dibahas 'Ritual Wajib Dalam Pernikahan Tradisional (bagian 1)' dari adat Jawa, Sunda dan Betawi, kini dilanjutkan dengan membahas tradisi-tradisi pernikahan dari Sumatra. Rangkaian upacara apa saja yang bisa dilaksankan di gedung tanpa membuang waktu dan dana yang besar namun tetap mensiratkan sisi budaya.

Tradisi Minangkabau
Upacara Pemberian Gelar Pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa bisa dilakukan di gedung dan dilakukan usai ritual Manjapuik Marapulai atau penjemputan calon mempelai pria oleh keluarga calon mempelai wanita di rumah. Selain itu, tradisi Penyambutan di Rumah Anak Daro atau menyambut kedatangan calon mempelai pria oleh calon mempelai wanita bisa Anda laksanakan di gedung. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat Timbal Balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki gedung, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke pelaminan.

Tradisi Palembang
Munggah merupakan puncak rangkaian acara pernikahan adat Palembang. Munggah bermakna agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi, dan damai. Selesai akad nikah, mempelai pria membawa bungo langse (bunga dari kertas yang akan dibawa bersama pengantin sebagai pembuka pintu) diarak rombongan mempelai pria disertai rombongan pemukul rebana menuju tempat resepsi. Sesampainya di tempat resepsi, rombongan itu disambut dengan siraman beras kunyit, kemudian mempelai pria dipersilakan menuju pelaminan. Jika dilakukan di rumah, mempelai pria masuk ke kamar mempelai wanita, lalu keduanya didudukan berbaris, mereka dikeramasi, dan sambil cap-capan (sepah kinang atau sirih pengantin) yaitu pemberian sirih dari nenek mempelai pria kepada mempelai wanita dan sirih dari nenek mempelai wanita berikan kepada mempelai pria. Acara dilanjutkan dengan suap-suapan. Yang disuapkan adalah ketan kuning dengan panggang ayam. Setelah upacara suap-suapan dilakukan upacara timbang. Telah disediakan satu timbangan antik yang terdiri dari dua daun. Masing-masing tangan pengantin diletakkan di atas masing-masing daun itu, lalu ditimbang tangan mana yang berat. Hal ini bermakna bahwa kedua anak menantu akan diperlakukan sama seimbang tidak berat sebelah oleh kedua belah pihak.

Tradisi Batak
Pada umumnya, masyarakat Batak masih memegang teguh adat dan budaya Batak sehingga mereka tetap menggelar rangkaian acara pernikahan adat satu hari penuh. Saat mempelai dan keluarga kedua pihak telah tiba dalam gedung, kedua belah pihak saling menyerahkan tanda makanan adat. Pihak paranak menyerahkan tudu-tudu ni sipanganon (pinahan lobu/babi atau kerbau utuh yang telah dipotong dan disusun menjadi beberapa bagian tertentu) pada pihak parboru, dan sebaliknya pihak parboru menyerahkan dengke simudur-mudur (ikan mas). Setelah proses tukar-menukar suguhan selesai, diadakan santap bersama yang didahului dengan doa. Lalu kedua belah pihak bersepakat tentang pembagian jambar juhut (tanda makanan adat yang berasal dari tudu ni sipanganon). Saat pembagian berkat daging berlangsung, pihak paranak mengumpulkan sumbangan gugu dan tumpak dari semua kerabat yang diundang, kemudian pengantin perempuan dipersilakan untuk memungut (manjomput) sumbangan yang terkumpul untuk dirinya dan selebihnya diserahkan kepada orang tua paranak.

Acara diteruskan dengan penyerahan mahar (sinamot) dari pihak paranak ke parboru sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian kedua belah pihak keluarga saling berkenalan dengan beberapa prosesi adat seperti pemberian panandaion dari keluarga paranak pada keluarga parboru. Dilanjutkan dengan penyerahan ulos herbang dari pihak parboru ke pihak paranak. Acara tersebut diawali dengan pemberian ulos passamot dan ulos hela. Selain ulos hela, adapula Mandar (sarung) yang diberikan kepada pengantin laki-laki untuk dipakai bekerja jika pengantin perempuan mengadakan pesta. Kemudian orang tua parboru menabur beras Sipir Ni Tondi di kepala kedua pengantin sebanyak 3 kali agar selalu sehat, kuat menghadapi cobaan dan tabah menghadapi masalah. Setelah pemberian ulos herbang, tibalah saat untuk mangulosi atau pemberian ulos/berkat dari seluruh keluarga bagi kedua pengantin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar